Selamat siang, selamat hari Jum`at dan semoga berkah. Ada cerpen baru nih, silahkan dibaca :)
Sosok
Tampan Di Balik Sorban
Siang
ini mungkin tidak ada yang spesial, bahkan cuacapun juga terasa sangat tidak
bersahabat. Karena apa, karena hari ini mendung begitu tebal menyelimuti langit
diatas sana. Entahlah, hari ini bisa saja turun hujan dengan lebat dan
membasahi pohon-pohon yang hampir mati, atau bisa saja hujan turun dengan lebat
dan mengundang bencana banjir beserta tanah longsor yang bisa merenggut berjuta
korban jiwa. Tentu saja itu adalah hal yang sangat tidak diharapkan. Tetapi tidak
ada yang tau tentang rencana Tuhan yang begitu besar dan tak terduga. Bukankah
saat ini alam sedang tidak bersahabat dengan kita.
Aku rasa hari ini sama ceritanya
dengan hari kemarin. Hari kemarin sinar matahari juga sulit menembus bumi akibat
cuaca mendung. Namun setelah ku fikir-fikir tentu saja rasa itu salah besar.
Bagaimana bisa hari ini sama dengan hari kemarin, sedangkan sang waktu terus
saja silih berganti, berputar menuruti perintah Illahi. Hanya saja aku merasa
hari kemarin lebih indah. Aku tidak bisa mengatakan hari kemarin hari buruk,
karena hari kemarin ada sesosok tampan yang menorehkan warna indah untuk
hariku. Apa aku berlebihan ??. Semoga saja tidak. Aku tau dia tidak menyadari
akan kehadiranku bahkan dia tidak tau siapa namaku. Dia sudah lama hadir dalam
episode hidupku, meski tanpa sapa. Pernah suatu ketika aku mengirim pesan
untuknya
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam..”
jawabnya dari seberang sana.
Apa
ada yang tau kalau saat itu ada rasa
yang tak bisa dijelaskan dalam diri ini, menyeruak masuk dalam dada, seakan
menghentikan hembusan nafasku, dan seakan jantung sejenak berhenti berdetak.
“Hhaaaaaaaaaaa...!!!!!!!!!”
aku berteriak membaca pesan itu. Sudah pasti aku merasa senang. Sudah pasti aku
bahagia. Sudah pasti aku syok membacanya. Bagaimana tidak, aku hanya iseng
mengirim pesan itu, dan ternyata ada balasan yang bagiku itu sangat
menggembirakan. Mungkin orang lain akan merasakan dan melakukan hal yang sama
bila dalam posisiku. Oh iya, awal mula aku bisa mengenalnya yaitu saat
peringatan HUT kemerdekaan. Waktu itu aku melihatnya merasa biasa saja, karena
memang dia tidak mencolok diantara teman-teman yang lainnya. Hanya sorban yang
ia kenakan yang kurasa sedikit berbeda. Ia terlihat begitu anggun dan lues. Dia
memakai sorban bukan karena ia aktivis dakwah ataupun seorang kiai, dia memakai
sorban karena memang saat itu ia mendapat bagian untuk memakai pakaian yang
seperti itu. Tetapi entah mengapa aku ingin menatap sosok yang bersorban itu
lebih lama. Aku tau dia sepertinya juga menatapku dibalik lensa hitam
kacamatanya. Setelah pertemuan itu aku jadi lebih sering melihatnya, dan
akhirnya aku tau siapa dia dan juga aku menyukainya. Bukan dari ketampanan yang
ia miliki, bukan juga dari harta atau kedudukan yang aku sukai. Aku menyukainya
karena dia berbeda, dia istimewa dimataku.
Pesan
itupun tidak hanya berhenti disitu saja. Saat aku berpura-pura menanyakan
alamat rumahnya dia membalas dengan jawaban yang cukup jelas. Oh Tuhan, inikah
mimpi. Namun setelah itu ada sedikit rasa kecewa, saat pesan yang aku kirim
tidak ada balasan dari dia. Memang tidak seharusnya rasa kecewa itu hadir dalam
kisah ini, karena aku dan dia bukan siapa-siapa. Aku memang mengenalnya, aku
tau dia, tetapi dia mungkin sama sekali tidak tau apapun tentangku. Mungkin aku
yang terlalu berharap lebih. Mungkin aku yang terlalu memberi dan terlalu
mengharap balasan. Bukankah dua hal itulah yang bisa melahirkan rasa kecewa.
Andai
dia tau untuk apa aku mengirim pesan kepadanya, mungkin ceritanya tidak akan
seperti ini. Aku hanya ingin mengenalnya. Aku ingin mengenal sosok tampan yang
telah Tuhan ciptakan. Aku ingin mengenal sosok yang hadir dalam hidupku itu. Aku
ingin berteman dengan sesosok pria yang ku tau ia selalu ada di tempat-tempat
yang penuh dengan rahmat Tuhan, yang selalu dipenuhi dengan untaian
kalimat-kalimat dzikir. Tentu Tuhan punya rencana mengapa aku dan dia bisa
berjumpa. Entahlah, biarkan waktu yang akan menunjukkan jawaban.